Pernah terbayang
di pikiran bahwa seharusnya kita lahir dari keluarga yang A, kondisi yang B, di
lingkungan C, atau berbagai angan yang seolah menolak kondisi yang sebenarnya
dari kehidupan kita? Mungkin argumen ini tidak cukup relevan untuk orang yang
mempunyai basic keluarga, kondisi dan
lingkungan yang sangat mendukung perkembangan kepribadian sehingga tidak pernah
ada sedikitpun rasa menyesal dan cenderung bangga terhadap identitasnya. Tetapi
jika melihat dari sisi yang lain, sebenarnya manusia tidak luput dari rasa iri dan
dengki akan berbagai hal yang tidak dimilikinya terhadap manusia lainnya. Semisal
masalah “cinta” yang kadang begitu kompleks tanpa memandang status dan
identitas seseorang.
Kita pasti
sering mendengar bahwa tidak ada manusia yang “sempurna”. Begitu kata orang
bijak dewasa ini. Tetapi sempat terpikir bahwa kenapa ada istilah kata sempurna
padahal secara harfiah, tidak ada yang mencapai titik optimal dalam berbagai
hal, selain hanya sebuah batasan tertinggi atau penilaian yang disimbolkan
dalam bentuk angka dan huruf untuk hal-hal tertentu. Oke, kapasitas otak
manusia mungkin mempunyai kemampuan dalam mengolah berbagai hal dan menciptakan
sebuah hasil akhir yang memuaskan, tetapi istilah “sempurna” disini adalah mencakup
semua hal yang dimiliki manusia. Semisal kodrat fisik dan gender, kesehatan, kemampuan
otak, kepribadian, sebuah skema komunikasi dua arah antar individu yang menghasilkan
pandangan berbeda-beda, dan berbagai hal lagi lainnya. Belum lagi adanya
batasan nilai, norma dan etika yang membatasi manusia karena manusia merupakan
makhluk sosial dan bukan makhluk solitaire.
Mungkin kita akhirnya sepakat bahwa dalam segala hal, manusia tidak akan pernah
ada yang sempurna. Pasti ada sisi plus dan minus pada manusia, atau
bijaksananya bahwa konsep sempurna setiap orang akan berbeda-beda seiring konteks
berpikir manusia yang terbatas pada ruang dan waktu.
Penulis sepakat
kepada sebuah argumen bahwa “Tuhan tidak akan memberikan sebuah cobaan kepada
manusia yang melebihi kemampuan manusia itu sendiri dalam menghadapinya”. Kadang
kita begitu naïf ketika kita menghadapi sebuah masalah dan tidak luput bahwa
beberapa dari kita pun putus asa. Kita pun tidak bisa menyalahkan hal tersebut
karena setiap manusia pun dapat menjadi labil karena hal-hal tertentu yang
dirasa begitu berat untuk diselesaikan. Sebenarnya, Jalan keluar akan muncul ketika kita tetap
tenang, rasional, transparan terhadap orang disekitar kita, tidak putus asa, terus
berusaha, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan untuk petunjuk dan jalan yang
pasti akan muncul melalui cara apapun.
Tulisan ini
tidak lain hanyalah sebuah solusi ringan dengan pemahaman sederhana tentang
sebuah ordinary hidup yang penuh
dengan idealisme-idealisme yang pasti bisa direalisasikan. Sebagai manusia,
kita akan terus berpikir dan berpikir bahwa roda kehidupan terus berputar dan
solusi seperti apa yang bisa kita beri dalam menghadapi hidup. Kita tidak akan
mungkin bisa memilih untuk lahir dalam sebuah identitas dan wujud seperti yang
kita inginkan, tapi kita semestinya bersyukur bahwa sebagai manusia, kita
mempunyai kemampuan dalam menciptakan kesempatan yang besar dalam mengubah
hidup menjadi lebih baik lagi. Kuncinya adalah…yeah, kita pasti mempunyai cara
sendiri-sendiri menciptakan solusi hidup. Terus berjuang dan berusaha meraih
asa. Tidak ada yang sempurna selain Tuhan yang maha kuasa, namun kita bisa
menciptakan sebuah kesempurnaan hidup karena manusia yang mau berpikir, berusaha,
rendah diri dan bekerja keras secara optimal adalah manusia yang sempurna.